| 3 komentar ]

Kredit macet di wilayah Tasikmalaya mencapai Rp 176 miliar. Walau jumlahnya cukup besar, namun masih di bawah batas standar normal. Kemacetan tersebut baru 3 persen, sementara kalau sudah mencapai 5 persen masuk kategori merah.

Peneliti ekonom muda senior Bank Indonesia Tasikmalaya, Erwin Syafei, Selasa (16/12), mengatakan, yang perlu dicermati dalam penyalurkan kredit di Tasikmalaya adalah masih besarnya penggunaan kredit untuk konsumtif.

Dari total kredit yang disalurkan sebesar Rp 5,7 triliun, di antaranya digunakan untuk konsumtif sebesar Rp 2,9 triliun. "Sementara sisanya, Rp 2,5 triliun dimanfaatkan untuk modal kerja dan Rp 372 miliar untuk investasi. Gambaran ini, memang sesuai dengan ciri khas wilayah Tasikmalaya. Sehak beberapa tahun, penggunaan kredit lebih banyak untuk konsumtif," tuturnya.

3 komentar

Anonim mengatakan... 20 Desember, 2008

haduh merugi

gangsar mengatakan... 20 Desember, 2008

ya g papa

gangsar mengatakan... 29 Desember, 2008

wah gmana ni?
kapan negara akan maju kalo gini terus??
indonesia parah..

Posting Komentar


Komentar apapun bebas kok. Asal jangan spam ya!